Thursday, December 12, 2013

Favorite Character: Prince Lucian Kiggs (Seraphina by Rachel Hartman)

Hi readers!
Nice to see you there!
Di post kali ini aku akan membahas sedikit tentang karakter favorit. Tentu saja semua orang pasti punya tokoh/karakter favorit selepas membaca novel, membaca komik, menonton film, atau apapun. Aku juga punya. Dan salah satu dari the best and most favorite characters yang aku suka adalah Pangeran Lucian Kiggs. O ya, sekedar mengingatkan, Pangeran Lucian Kiggs adalah salah satu tokoh central dalam novel Seraphina karangan Rachel Hartman. Kalau penasaran dengan resensi atau sinopsisnya, bisa klik disini!

Well, Pangeran Lucian Kiggs dalam novel tersebut digambarkan sebagai sesosok pangeran yang tegas, pemberani, teliti, strategis, namun terkadang juga sedikit ceroboh. Dalam novel Seraphina, Lucian Kiggs berperan sebagai salah satu putra mahkota yang juga menjadi pemimpin dari Garda Ratu atau pasukan perdamaian kerajaan di negeri Goredd. Pangeran Lucian Kiggs terlibat dalam sebuah penyelidikan yang pelik mengenai kematian pamannya, Pangeran Rufus. Penyelidikan tersebut tidak hanya melibatkan kaum manusia tetapi juga kaum Naga.

Pangeran Lucian Kiggs seolah tidak memiliki rasa takut terhadap kaum Naga yang mungkin bisa saja membunuhnya selama melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan dan mencari sosok pembunuh pamannya, Lucian Kiggs ditemani oleh Seraphina Dombegh, tokoh utama dalam cerita, yang seorang asisten master musik istana. Seraphina tidak serta merta terlibat karena dia memang ingin terlibat tetapi karena dia memiliki kunci dan beberapa bukti untuk mencari si pembunuh.

Pangeran Lucian Kiggs menjadi salah satu tokoh favoritku karena dia benar-benar sosok yang keren. Dia pandai, aku suka dengan tokoh-tokoh yang pandai, tampan, dan tentu saja dia Pangeran! Lucian Kiggs juga mahir berdansa dan berpembawaan lembut. Namun, dia juga bisa berpembawaan keras jika memang dibutuhkan. Dia bukanlah orang yang mudah menyerah dalam mencari atau meraih sesuatu, sangat teliti dan penuh strategi. Lucian Kiggs tidak mudah percaya dengan orang lain dan dia pintar menganalisis lingkungan dan sifat-sifat beberapa orang di sekelilingnya.

Sifatnya yang cool dan sedikit cuek juga membuat aku makin suka dengan karakter Lucian Kiggs yang dibuat oleh Rachel Hartman. Benar-benar gambaran cowok yang marriageable, eh? Apalagi ya? O ya, sayangnya terkadang Lucian Kiggs juga bertindak bodoh dan tidak terencana sehingga bisa saja mengancam nyawanya maupun orang terdekatnya. Lucian Kiggs juga sosok yang penuh cinta dan kasih sayang. Dia tak ragu menyatakan apa yang dia rasakan, bahkan secara blak-blakan. Ah, mengagumkan!

Sebagai tambahan, aku mencoba menganalisis sedikit peran dari si Pangeran di novel ini menurut sikap dan pembawaannya. Berbeda dengan banyak pangeran yang digambarkan dalam sebuah novel, Lucian Kiggs memiliki sifat dan tempramen yang berbeda. Dia terkesan membuang jauh arogansi yang biasanya melekat pada kaum ningrat. Mungkin faktor anak haram yang tidak dikehendaki keluarga kerajaan menjadi salah satu faktor kenapa Lucian Kiggs begitu berbeda. Sifat dan sikapnya di dalam novel menyiratkan bahwa dia ingin menjaga eksistensinya sebagai anggota kerajaan, meskipun dia bukan calon pewaris tahta. Lebih-lebih, dia terkesan penurut dalam maksud mau dan menerima dengan senang hati untuk menjadi tunangan sepupunya, yaitu Putri Glisselda. Padahal, jelas-jelas Lucian Kiggs menunjukkan bahwa dia hanya sekedar aksesoris. Dia bahkan tidak menunjukkan bahwa dia mencintai Putri Glisselda, bahkan di berbagai kesempatan. Dirinya seolah hadir untuk sang Putri hanya sebagai teman, atau malah terkesan sebagai pengawal.

Dalam beberapa scene jelas terlihat jika Kiggs mencoba terus menjaga eksistensi dan reputasi dirinya sebagai anggota kerajaan, meskipun sebenarnya dia sendiri tidak mau berbuat demikian. Menjaga nama baik Ratu dan anggota kerajaan lainnya seolah-olah menjadi beban baginya. Sehingga, Lucian memutuskan untuk menggunakan nama belakang yang berbeda dari keluarga kerajaan yang lain, yakni Kiggenstane. Ada hal yang menarik perhatianku, yaitu ketika Kiggs menceritakan kembali masa kecilnya. Dia, yang adalah anak haram, menaruh rasa kecewa dan marah pada orang tuanya, terutama ibunya. Apalagi ketika dia tahu orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan kapal. Dia yang sebatang kara, tidak diakui oleh keluarganya yang lain, mencoba terus bertahan hidup. Dia mencoba menjadi apa yang disebut cucu mahkota, cucu dari Ratu yang berkuasa. Namun, terkadang dia juga melakukan pemberontakan. Tidak mau diatur. Sampai akhirnya, dia bertemu Pangeran Rufus, pamannya.

Kematian Pangeran Rufus sendiri menjadi sebuah cambuk yang menyakitkan bagi Kiggs. Dia kehilangan panutan hidup, meskipun dia kini sudah beranjak dewasa dan bisa menentukan kemana hidupnya pergi. Tekadnya untuk mencari pembunuh pamannya terlihat begitu kuat. Dia seolah ingin membuktikan siapa dirinya yang sebenarnya dan membuktikan bahwa dia berguna dan memiliki peran di istana. Dia tidak ingin dicap sebagai monster, anak haram yang bengal, berengsek, dan sebagainya. Selain itu, di dalam novel, Kiggs juga diceritakan sempat tidak memiliki tujuan hidup ketika masih kecil. Oleh pamannya, dia diajarkan cara berdoa yang baik dan mencari pencerahan bagi tujuan hidupnya nanti. Dan dia memutuskan untuk bergabung di Garda Ratu.

Mungkin kalau suatu saat novel Seraphina diangkat menjadi sebuah film, aku berharap James Franco yang menjadi cast dari Lucian Kiggs. Dan Amanda Seyfried bisa menjadi Seraphina-nya. Lovely!



O ya, kalau kamu tertarik dan mau lebih tau banyak tentang siapa itu Lucian Kiggs dari ensiklopedi Seraphina, bisa klik disini!

*Cheerio!!

~Hug & Kiss~
xoxoxo


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Flag Counter

The Goodreads Activities