Friday, December 6, 2013

Book Review: Homeless Bird by Gloria Whelan

Judul: Homeless Bird
Judul Asli: Homeless Bird
Pengarang: Gloria Whelan
Penerbit: Atria
Cetakan: I/September 2012
Penerjemah: Ida Wajdi
Tebal: 182hlm
ISBN: 978-979-024-504-4
Genre: Novel Remaja-Dewasa


Sinopsis:
Seperti kebanyakan gadis lainnya di India yang berusia tiga belas tahun, Koly pun harap-harap cemas akan rencana pernikahannya. Walaupun dia ingin menikah, dia tidak mau meninggalkan keluarganya. 

Ternyata, pernikahan itu tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan. Sebuah peristiwa tragis mengubah segalanya dan dia menemukan dirinya terasing di keluarga barunya.

Dia terjebak dalam tradisi yang mengendalikan takdir. Dia terbuang, tersesat dalam dunia yang kejam dan tidak dikenalinya. Namun terkadang, keberanian dan harapan bisa lebih kuat daripada tradisi. Dan seseorang, dapat menentukan takdirnya sendiri.
***
Adalah Koly, gadis kecil berusia 13 tahun, anak kedua dari 3 bersaudara yang berasal dari sebuah keluarga kecil yang hidupnya pas-pasan di India. Koly satu-satunya anak perempuan di dalam rumah, dan berarti satu-satunya beban yang dimiliki oleh keluarga itu. Kenapa beban? Karena bagi sebagian besar penduduk India (yang masih memegang teguh adat yang konvensional), memiliki anak perempuan bukanlah suatu bentuk kebanggan. Memiliki anak perempuan berarti harus menanggung beban mas kawin karena di India, pihak perempuanlah yang wajib memberi mas kawin pada calon suaminya.
Namun sayangnya, apa yang diharapkan Koly pada pernikahannya tidak terjadi. Suami Koly, Hari, adalah remaja canggung yang menderita sakit parah. Setelah upacara pernikahan digelar, Koly bahkan tidak diperbolehkan bertemu dengan Hari. Koly justru diperlakukan seperti pembantu oleh 1)Sass, ibu mertuanya. Untung saja ada adik Hari yang bernama Chandra yang menjadi penghiburan bagi Koly dan 2)Sassur, ayah mertuanya, yang mengajarinya membaca. Koly paling suka membaca sajak-sajak dalam buku Tagore milik Sassur.

Baru beberapa bulan menikah, nasib malang lagi-lagi menghampiri Koly. Hari, suaminya yang juga dianggap sebagai temannya meninggal dunia. Koly pun menjadi janda! Menjadi janda dalam usia yang masih sangat belia membuat hidup Koly semakin tidak karuan. Koly mau tidak mau harus berjuang seorang diri demi mempertahankan hidupnya sendiri ketika tidak ada lagi orang yang menyayanginya.
~o~

Homeless Bird adalah karya yang brilian dari seorang Gloria Whelan. Gloria Whelan sendiri telah banyak menulis buku dan novel yang mengambil latar kehidupan di dataran India yang masih dijejali dengan beragam tradisi (yang mungkin dianggap konvensional dan kuno oleh orang-orang modern). Gaya mendongeng Gloria yang halus benar-benar membuat novel ini menarik untuk dibaca. Novel ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang menyukai novel dengan sentuhan tradisi yang kuat. Sayangnya, novel ini terlalu singkat menurut saya. Jumlah halamannya (versi terjemahan) sangat sedikit, bahkan kurang dari 200 halaman. Coba kalau lebih panjang lagi ceritanya, pasti semakin seru. Hehehe.

Saya sendiri memang cukup menggemari novel-novel yang berlatar di Timur Tengah maupun negara-negara di sekitarnya seperti Pakistan, India, dan lainnya. Tradisi yang begitu kuat membuat banyak novel yang berlatar belakang di negara-negara tersebut menjadi epic dan mengharukan. Sejenak, novel karya Gloria Whelan ini mengingatkan saya pada novel heroik karya Khaled Hosseini, A Thousand Splendid Suns dan novel legendaris karya Nawal El Saadawi, Woman at Point Zero. Ketiganya sama-sama mengisahkan tentang perjuangan kaum wanita di tengah tradisi paternalis yang begitu kuat.

O ya, selain gaya bercerita yang lugas dan santai, novel ini juga menyajikan Glossarium atau daftar kosakata Hindi (di halaman belakang) yang digunakan dalam novel. Contohnya: 
1)Sass: Ibu Mertua
2)Sassur: Ayah Mertua

Salah satu quote yang saya suka:
"Aku tak mau menikahi segepok rupee. Bisakah aku pulang ke rumah di penghujung hari setelah bekerja di lahan dan berbicara pada rupee? Bisakah rupee membesarkan anak-anakku dan menjadi ibu yang mengawasi mereka? Ibu dan ayahku tinggal di rumah yang sama, tapi tak ada kata-kata yang keluar di antara mereka kecuali saat ibuku menawari ayahku untuk menambah nasinya saat makan atau ayahku mengatakan bahwa terongnya berulat. Aku ingin mengobrol dengan istriku. Aku bisa mengobrol denganmu." (hal.163) 

Bagaimana readers, tertarik untuk membacanya juga??

My rating: 5 out of 5 crowns




~Happy Reading~
xoxoxo


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Flag Counter

The Goodreads Activities